Agama Suku Dayak
Tahukah kamu? Suku Dayak merupakan salah satu suku bangsa atau kelompok etnik yang mendiami pedalaman pulau Kalimantan.
Kata "daya" dianggap masih memiliki arti yang sama dengan kata "raya" dalam nama "Toraya" yang berarti "orang (di) atas, orang hulu".
Pada umum nya istilah "Dayak" dipakai untuk menyebut orang-orang asli non-Muslim, non-Melayu yang tinggal di pulau itu.
Hal ini paling berlaku di Malaysia, karena di Indonesia terdapat banyak suku Dayak yang Muslim namun tetap termasuk kategori Dayak walaupun beberapa di antaranya disebut dengan Suku Banjar dan Suku Kutai.
Menurut Lindblad, kata Dayak berasal dari kata daya dari bahasa Kenyah, yang berarti hulu sungai atau pedalaman.
King, lebih jauh menduga-duga bahwa Dayak mungkin juga berasal dari kata aja, sebuah kata dari bahasa Melayu yang berarti asli atau pribumi.
Dia juga yakin bahwa kata itu mungkin berasal dari sebuah istilah dari bahasa Jawa Tengah yang berarti perilaku yang tak sesuai atau yang tak pada tempatnya.
Menurut beberapa sumber, suku Dayak berasal dari daerah hutan tropis Kalimantan, yaitu suku yang mendominasi hamper seluruh wilayah di Kalimantan.
Nah, untuk agama yang dianut oleh masyarakat suku Dayak, apakah teman-teman sudah mengetahui nya?
Jika belum, mari kita bahas.
Agama Suku Dayak
Masyarakat rumpun Dayak Ngaju dan rumpun Dayak Ot Danum menganut agama leluhur yang diberi nama oleh Tjilik Riwut sebagai agama Kaharingan yang memiliki ciri khas adanya pembakaran tulang (Ijambe) dalam ritual penguburan sekunder.
Sedangkan untuk agama asli rumpun Dayak Banuaka tidak menerapkan sistem pembakaran tulang jenazah. Bahkan agama leluhur masyarakat Dayak Meratus di Kalimantan Selatan lebih menekankan ritual dalam kehidupan terutama upacara/ritual pertanian maupun pesta panen yang sering dinamakan sebagai agama Balian.
Namun agama asli dari Suku Dayak ini telah lama ditinggalkan oleh masyarakat.
Berdasarkan penemuan arca Buddha yang merupakan peninggalan Kerajaan Brunei kuno, Kerajaan Sribangun (di Kota Bangun, Kutai Kartanegara) dan Kerajaan Wijayapura menunjukkan munculnya pengaruh hukum agama Hindu-Buddha dan asimilasi dengan budaya India yang menandai kemunculan masyarakat multietnis yang pertama kali di Kalimantan.
Sejak itu mulai muncul hukum adat Banjar dan Melayu yang dipengaruhi oleh sebagian hukum agama Islam (seperti budaya makanan, budaya berpakaian, budaya bersuci), namun umumnya masyarakat Dayak di pedalaman tetap memegang teguh pada hukum adat/kepercayaan Kaharingan.
Hingga saat ini tercatat bahwa sebagian besar masyarakat Dayak yang sebelumnya beragama Kaharingan telah beralih menganut kepercayaan Kekristenan, namun kurang dari 10% yang masih mempertahankan agama Kaharingan.
Agama Kaharingan sebenarnya telah dikategorikan ke dalam kelompok agama Hindu, sehingga sering juga disebut dengan agama Hindu Kaharingan.
Pada wilayah Kalimantan Barat, agama Kristen diklaim sebagai agama orang Dayak (sehingga Dayak Muslim Kalbar terpaksa membentuk Dewan Adat Dayak Muslim tersendiri), akan tetapi hal ini tidak berlaku di propinsi lainnya karena orang Dayak juga banyak yang menganut agama Islam namun tetap menyebut dirinya sebagai suku Dayak.
Namun untuk wilayah di perkampungan, mereka masih menganut kepercayaan Kaharingan.
Wilayah-wilayah di pesisir Kalimantan dan pusat-pusat kerajaan Islam, masyarakatnya masih sangat taat kepada hukum adat Banjar/Melayu seperti suku Banjar, Melayu-Senganan, Kedayan, Bakumpai, Kutai, Paser, Berau, Tidung, dan Bulungan.
Bahkan di wilayah perkampungan-perkampungan Dayak yang telah sangat lama berada dalam pengaruh agama Kristen yang kuat kemungkinan tidak berlaku hukum adat Dayak/Kaharingan.
Nah itu dia mengenai agama suku Dayak, semoga pembahasan kali ini dapat menambah wawasan kalian ya. Terimakasih sudah sudah mengunjugi blog ini.