Suku Ternate

Suku Ternate merupakan suku yang berasal dari provinsi Maluku Utara, tepatnya di Kota Ternate. Populasi mereka mencapai 50.000 jiwa. Selain berdiam di pulau asalnya, orang Ternate juga berdiam di daerah lain, misalnya di pulau Bacan dan pulau Obi yang termasuk wilayah kabupaten Halmahera Selatan, serta wilayah lain di dalam dan di luar Provinsi Maluku Utara.

Kepercayaan Suku Ternate

Sebelum agama Islam masuk ke wilayah Ternate, suku Ternate terbagi dalam kelompok-kelompok masyarakat. Masing-masing kelompok kerabat suku Ternate dipimpin oleh seseorang dengan sebutan mamole. Seiring dengan masuknya Islam. Mamole bergabung menjadi satu konfederasi yang dipimpin oleh kolano. Kemudian, setelah Islam menjadi lebih mantap, struktur kepemimpinan kolano berubah menjadi kesultanan.

Dalam struktur kolano, ikatan genealogis dan teritorial berperan sebagai faktor pemersatu, sedangkan dalam kesultanan agama Islamlah yang menjadi faktor pemersatu. Dalam struktur kesultanan, selain lembaga tradisional yang sudah ada, dibentuk pula lembaga keagamaan. Kesultanan Ternate masih ada sampai saat ini meskipun hanya dalam arti simbolik. Namun belakangan ini kesultanan Ternate tampak bangkit kembali.

Bahasa Daerah

Orang Ternate mempunyai bahasa sendiri, yaitu bahasa Ternate. Para ahli berpendapat bahwa bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Halmahera Utara, yang merupakan kelompok bahasa non-Austronesia. Bahasa Ternate banyak mempengaruhi bahasa Melayu Maluku Utara, bahasa Melayu di Tidore dan bahasa Melayu di Tanah Minahasa (Manado). Kata-kata dalam bahasa Melayu Maluku Utara seperti: ngoni,ngana dll diambil dari bahasa Ternate

Masyarakat Suku Ternate

Dalam hubungan garis keturunan orang Ternate menganut paham patrilineal, tetapi dalam kehidupan sehari-hari hubungan seseorang dengan kerabat-kerabatnya lebih bersifat bilateral.

Orang Ternate telah memeluk agama Islam sebelum orang Eropa datang ke sana. Agama Islam dibawa oleh para pedagang rempah-rempah dari Sumatera dan Jawa. Pada zaman Kesultanan Ternate wilayah tersebut terbagi ke dalam beberapa negeri (distrik) yang dikepalai oleh seorang pembesar kerajaan yang disebut sangaji. Sebuah Negeri membawahi pula sejumlah desa atau kampung yang biasanya dipimpin masing-masing oleh seorang kimetaha. Pada masa sekarang dalam pelapisan sosial masyarakat tidak terasa lagi adanya kelas-kelas sosial yang tajam seperti zaman kerajaan dulu.

Saat ini masyarakat Ternate membutuhkan bantuan penanam modal untuk menggali dan mengelola hasil-hasil kekayaan alam daerah yang berlimpah. Bidang kehutanan, kelautan dan pertanian merupakan tiga bidang utama bagi orang Ternate.

Dari tiga kekuatan utama tersebut, hanya sektor kehutanan yang telah digarap besar-besaran. Daerah Ternate juga memiliki kekayaan wisata alam dan wisata budaya seperti bangunan bekas benteng Portugis, istana Kesultanan Ternate, dan lain-lain. Hal tersebut membuat sektor pariwisata sangat potensial untuk dikembangkan, baik melalui pembangunan sarana transportasi maupun akomodasi yang memadai.