Mengenal Suku Banjar

Asal nama banjar sendiri artinya meletakkan pancing di suatu tempat agar kailnya dimakan ikan yang mempunyai arti dengan kehidupan sehari-hari orang banjar pada masa lalu yaitu suka memancing ikan dengan cara “Membanjur” atau mengkail. 

Tetapi dari beberapa refrensi yang dikatakan oleh Alfani Daud menjelaskan bahwa kata banjar berarti baris, dimana rumah orang Banjar yang berbaris-baris di tepi sungai barito Banjarmasin.

Asal-usul suku Banjar berasal dari percampuran beberapa suku, yang menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu dapat diidentifikasi bahasa banjar kuno sedangkan suku Melayu serta Jawa sebagai imigran yang datang secara besar-besaran yang kemungkinan sekali tidak terjadi dalam satu gelombang sekaligus. 

Kesimpulan ini di dukung oleh kenyataan yang dapat di lihat dari berbagai kesamaan dalam budaya Banjar dengan suku-suku tersebut. 

Maka kampong itu disebut dengan Kampung Banjar, dan ada juga yang menjelaskan bahwa kata Banjar berasal dari Bandar yang berarti pelabuhan, maka terkenalah Banjarmasin yaitu pelabuhan yang airnya asin. Suku Banjar merupakan suku bangsa di negeri ini yang memiliki keunikan karena memiliki ciri khas tersendiri. terdapat kebiasaan orang Banjar yang dinamakan dengan madam yaitu berpindah dari satu daerah ke daerah lainnya,. perpindahan yang dilakukan oleh orang banjar bisa terjadi lebih dari sekali kali tujuannya ialah untuk mencari wilayah yang lebih subur untuk membangun pertanian dan juga mencari ketenangan hidup lahir dan batin.

Hal ini dapat di lihat dari banyaknya orang-orang Banjar yang menetap di daerah-daerah lain dari luar kampung halamannya Kalimantan Selatan. Berdasarkan sumber data suku Banjar yang berasal dari daerah Kalimantan Selatan banyak bermukim dan menetap secara berkelompok di daerah Jambi, Riau, dan Sumatera Utara. Orang Banjar masuk ke Sumatera melalui migrasi akibat peperangan melawan belanda dan pada awal abad ke-20 mereka sengaja migrasi untuk mencari penghidupan yang baru di tanah Serdang yang lahan pertaniannya dikenal subur dan banyak membutuhkan pekerja untuk pertanian dan perkebunan dan ada juga yang sengaja di datangkan oleh Sultan serdang sebagai pekerja untuk membuka lahan persawahan, perkebunan dan juga irigasi.

Sedangkan di Kabupaten Deli Serdang. Pada masa Kolonial Belanda sudah banyak bermukim orang-orang Banjar yang di masa itu masih berstatus Keresidenan dan Kesultanan (Kerajaan), dengan pimpinan pemerintahan yang di sebut dengan Residen yang mempunyai wewenang mendampingi Sultan Serdang dalam urusan orang-orang asing. Sedangkan orang-orang pribumi berada kendali Pemerintahan Kesultanan Serdang. Oleh karenanya pada saat orang Banjar datang ke wilayah Serdang, mereka harus melapor kepada Kesultanan Serdang. 

Dari masa kolonialisasi orang-orang Banjar sudah banyak yang bermukim di wilayah serdang dan karena itu lah banyak mereka telah merasakan bahwa Serdang merupakan kampung halaman mereka sendiri. 

Mereka juga hidup berdampingan dengan Suku lain secara harmonis yang ditandainya dengan suatu asimilasi terhadap suku bangsa lainnya di tanah Serdang yang mayoritas bersuku Melayu, Karo dan Jawa. Suku Banjar terkenal lebih tertutup (ekslusif) di banding Suku lainnya di tanah Serdang.