Suku Mentawai

Mentawai merupakan negara kepulauan yang ditemukan di lepas pantai barat Sumatera (Indonesia) yang terdiri dari sekitar 70 pulau dan pulau. Empat pulau utama adalah Utara dan Pagai Selatan, Sipora, dan Siberut. 90% adalah penduduk asli asal Mentawai, yang lain 10% dianggap terdiri dari Minangkabau, Jawa, dan Batak (Bastide, 2008) – menjadi empat dari yang terbesar.

Suku Mentawai adalah suku asli yang menetap di Kepulauan Mentawai, Pulau Siberut, Sumatera Barat. Suku Mentawai berada di pedalaman. Suku Mentawai merupakan salah satu suku tertua di Indonesia. Banyak kalangan yang datang ke wilayah ini untuk melakukan penelitian, terutama untuk memahami pola hidup maupun interaksi suku yang terdapat di bagian barat Indonesia.

Sejarah Suku Mentawai

Kepulauan Mentawai memiliki empat pulau utama, yaitu Pagai Utara, Pagai Selatan, Sipora, dan Siberut. Wilayah tersebut memiliki luas sekitar 4.489 Km. Dengan jumlah penghuni sekitar 30 ribuan jiwa. Diyakini, para nenek moyang suku Mentawai telah bermigrasi ke wilayah ini antara 2000-500 SM. Suku Mentawai memiliki kebudayaan yang sangat kuat yang hingga saat ini masih terjaga di tengah arus modernisasi.

Kebudayaan Suku Mentawai

Suku Mentawai memiliki kebudayan yang masih dilestarikan hingga kini. Kebudayaan tersebut menjadi identitas sekaligus keunikan suku ini. Beberapa kebudayaan suku Mentawai, yaitu:

Kepercayaan Sabulungan

Suku Mentawai memiliki agama dan kepercayaan sendiri yang dianut suku asli dan masyarakat Mentawai, yaitu Sabulungan. Mereka percaya bahwa benda memiliki roh dan jiwa. Jika roh tidak dirawat dengan baik, maka roh tersebut akan bergentayangan dan menyebabakan kesialan maupun munculnya penyakit. Untuk itu, masyarakat Mentawai memiliki kepercayaan kuat pada benda-benda yang dianggap sakral. Karena itu, orang Mentawai kerap dijuluki ornag Sabulungan.

Rumah Adat Suku Mentawai

Masyarakat suku Mentawai tinggal bersama dalam rumah adat yang disebut Uma. Rumah adat ini berdiri di atas tanah-tanah suku. Seluruh makanan, hasil hutan, dan pekerjaan dibagi di dalam satu uma.

Uma menjadi pusat kehidupan suku Mentawai. Di dalam rumah adat itu, mereka menyelenggarakan pertemuan dan menyelenggarakan berbagai adat seperti pernikahan. Uma terbuat dari kayu kokoh yang berbentuk panggung. Bagian bawah rumah uma digunakan sebagai tempat memelihara hewan ternak, seperti babi.

Selain uma sebagai bangunan utama, ada juga bangunan lain, yaitu lalep dan rusuk. Lalep sebagai tempat tinggal suami istri yang pernikahannya sudah dianggap sah secara adat. Bangunan ini biasanya terletak di dalam uma.

Rusuk merupakan rumah pemondokan untuk anak-anak muda atau janda yang diusir dari kampung. Rumah ini juga digunakan untuk orang-orang yang diasingkan karena melanggar adat.

Tato Suku Mentawai

Tato Suku Mentawai Tato suku Mentawai merupakan tato tertua di dunia. Tato adalah wajib bagi Sikerei atau dukun suku Mentawai. Namun untuk masyarakat Mentawai, tato tidak wajib. Bagi suku yang masih tinggal di pedalaman, tato dianggap sebagai kesenian dan juga bentuk pakaian.

Suku Mentawai mengganggap tato sebagai identitas yang menggambarkan keseimbangan antara penghuni hutan dan alamnya. Uniknya jika biasa tato dibuat menggunaan jarum dan tinta khusus, maka tato Mentawai dibuat menggunakan bahan alami, berupa arang.

Saat akan membuat tato, para shaman atau tetua suku akan mendoakan arang itu, kemudian diberikan pada orang yang akan ditato. Tato Mentawai adalah ritual yang sakral, dimana tradisi ini dijunjung tinggi di lingkungan Mentawai.

Meruncingkan Gigi

Salah satu tradisi suku mentawai adalah gigi runcing. Tradisi ini biasa dilakukan oleh perempuan suku Mentawai. Gigi runcing merupakan simbol kecantikan, gigi yang semakin runcing maka perempuan itu akan semakin cantik. Tradisi mengikir gigi ini juga merupakan simbol keseimbangan antara tubuh dan jiwa. Seiring dengan perkembangan zaman, tradisi itu secara perlahan mulai hilang.

Bahasa Suku Mentawai

Bahasa mentawai digunakan diseluruh Kepulauan Mentawai. Ada tiga dialek bahasa Mentawai yang digunakan oleh suku Mentawai, yaitu dialek Siberut Utara, dialek Siberut Selatan, dialek Sipora/Sioban, dan dialek Sikakap.