Suku Laut

Salah satu keanekaragaman yang ada di Indonesia adalah banyaknya suku yang tersebar di berbagai wilayah. Salah satu suku tersebut adalah Suku Laut. Berasal dari mana Suku Laut?

Dalam buku "Dalam Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut" karya Adrian B. Lapian, dijelaskan bahwa Orang Laut telah menjadi nama salah satu suku bangsa di perairan Sumatera Timur (termasuk di wilayah Kepulauan Riau) dan Selat Malaka yang mempunyai cara hidup yang khas dan sangat tergantung kepada dunia maritim dan sekitarnya.

Tentang Suku Laut

Dilansir dari akun instagram resmi Kemdikbud, Suku Laut (Sea Nomads) atau Suku Sampan, sering juga disebut Orang Laut, merupakan suku yang tinggal di wilayah perairan Kepulauan Riau.

Disebut sebagai Suku Laut karena melakukan seluruh aktivitas kegiatan hidup di laut dan memfungsikan perahu atau sampan yang beratapkan sebuah kajang sebagai rumah mereka. Mereka hidup berpindah dari pulau ke pulau hingga muara sungai (nomaden).

Di Kepulauan Riau dan Lingga mereka juga dikenal juga sebagai Orang Pesukuan. Nama lain Orang Laut lainnya, mengacu kepada tempat tinggal, Orang Mantang (mendiami Pulau Mantang), Orang Tambus (mendiami Kampung Tambus, Pulau Galang), Orang Mapor (mendiami Pulau Mapor), hingga nama Bajau yang digunakan sebagai sinonim Orang Laut di perairan Ruang-Lingga.

Untuk menafkahi hidup, mereka mencari ikan dengan peralatan sederhana, seperti tempuling, tombak, dan serampang.

Sejarah Suku Laut

Suku Laut mulai menghuni wilayah Melayu-Lingga pada tahun 2500-1500 Sebelum Masehi sebagai bangsa Melayu Tua (Proto Melayu), menyebar ke sebagian besar wilayah Sumatera melalui Semenanjung Malaka.

Secara historis, Orang Laut dulunya adalah perompak, tetapi berperan penting dalam Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Malaka dan Kesultanan Johor.

Orang Laut menjaga selat-selat, mengusir bajak laut, hingga memandu para pedagang ke pelabuhan kerajaan-kerajaan tersebut. Bahkan dalam sejarah Melayu disebutkan bahwa Orang Laut dikenal sebagai penjaga wilayah perairan kesultanan, pasukan perang, dan bertugas untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan laut bagi pihak kesultanan.

Mereka berperan penting dalam kejayaan Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Malaka, dan Kesultanan Johor.

Sementara itu, berdasarkan buku "Suku Laut" yang diterbitkan Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada zaman Orde Baru, Suku Laut di Riau-Lingga digolongkan sebagai "masyarakat terasing" karena mereka dianggap tertinggal dari segi tingkat pendidikan, kualitas kesehatan, kondisi dan lokasi tempat tinggal, jenis pekerjaan, daripada umumnya warga Indonesia.

Pemerintah saat itu memukimkan suku suku Laut sebagai solusi mengejar ketertinggalan. Ada sebanyak 30 titik lokasi keberadaan Suku Laut di Kepulauan Lingga.

Rumah Adat Suku Laut

Meski memiliki rumah permanen di daratan, orang laut hidup berpindah dari satu wilayah laut ke wilayah laut lainnya tergantung pada musim. Mereka hidup berpindah pindah, menggunakan sampan yang sekaligus merupakan tempat tinggal mereka ketika di laut.

Secara umum tak ada penyebutan khusus mengenai rumah adat Suku Laut, namun terdapat istilah sampan yang merupakan simbol sebuah kesatuan keluarga.

Sampan tersebut berupa perahu beratapkan kajang yang terbuat dari daun rumbia. Dalam satu sampan berisi satu keluarga.

Kehidupan Orang Laut hingga saat ini masih tergolong tradisional dan bergantung pada laut.

Nah, itulah penjelasan tentang Suku Laut yang menjadi salah satu kekayaan suku dari negara Indonesia. Semoga bermanfaat!