Suku Tamiang

Sejarah Suku Tamiang

Suku Tamiang adalah salah satu kumpulan dari masyarakat yang tinggal di dekat Kabupaten Aceh Tamiang. Daerah yang ditempati oleh suku ini antara beda di Kecamatan Karang Baru, Kecamatan Tamiang Hulu, Kecamatan Kota Kuala Simpang, Kecamatan Kejuruan Muda, Kecamatan Bendahara dan Kecamatan Seruway.

Informasi tentang asal-usul warga dari suku pribumi Tamiang memang belum dapat diketahui secara lebih jelas. Hal ini disebabkan bukti-bukti yang kuat laksana peninggalan sejarah belum dapat ditemukan. Padahal bila peninggalan sejarah atau asal-usul suku ini telah ditemukan dan dapat diperlihatkan keakuratannya, sejarah dari suku ini bisa lebih dijelaskan.

Meskipun belum terdapat sejarah tentu yang dapat menceritakan asal-usul dari etnis Tamiang, ada sejumlah informasi yang dapat sedikit menolong Anda guna mengenal suku ini. Pada dasarnya, sumber yang berasal dari kisah rakyat, legenda maupun dongeng dari masyarakat Tamiang, dapat dijadikan bahan guna mengungkap asal-usul dari suku etnis Tamiang ini.

Ada juga kisah lain yang tersebar di masyarakat, yaitu kisah dari suku pribumi etnis Tamiang yang adalahketurunan dari kerajaan. Kerajaan yang dimaksud ialah Kerajaan Aru. Kerajaan ini adalahkerajaan yang terletak di pantai bagian unsur timur Pulau Sumatra.

Mata Pencaharian Suku Tamiang

Masyarakat pribumi etnis Tamiang memilih Islam sebagai kepercayaannya. Mereka paling taat dengan sekian banyak aturan yang terdapat di agama Islam. Bahkan dalam perjalanan kehidupannya, mereka paling lekat dengan beragam doktrin Islam yang tidak saja dipahami secara teori tetapi pun diaplikasikan ke dalam perjalanan hidup mereka. Walaupun begitu, terdapat juga sejumlah masyarakat yang tetap melakukan sekian banyak tradisi adat menurut keyakinan lama yang mereka miliki.

Tempat bermukim atau lokasi tinggal dari suku pribumi etnis Tamiang ini dipecah menjadi dua bagian. Daerah kesatu yakni wilayah yang terletak di sebelah barat Kabupaten Aceh Timur. wilayah ini memiliki sejumlah kecamatan antara beda Kecamatan Kejuruan Muda, Kecamatan Karang baru dan pun Kecamatan Tamiang Hulu.

Selain bermukim di Kabupaten Aceh Timur sebelah barat, masyarakat Tamiang pun tinggal di wilayah pantai. Permukiman masyarakat Tamiang itu terletak salah satu hutan bakau dan juga wilayah yang berawa-rawa. Sementara wilayah di terpencil yang dijadikan lokasi tinggal mereka yaitu lokasi yang jaraknya dekat dengan perkebunan, wilayahnya luas dan pun dekat dengan hutam alam. Banyak yang mereka dapat dapatkan dari alam antara lain yakni kelapa sawit dan pun karet.

Kekerabatan Suku Tamiang

Kelompok kekerabatan yang paling kecil dalam masyarakat Tamiang ialah keluarga inti yang memiliki rumah tangga sendiri, namun masih tetap tinggal di sekitar lingkungan pemukiman keluarga asalnya. Mereka masih mengakui bentuk keluarga luas terbatas yang disebut kaum biak.

Keluarga luas terbatas ini terbagi menjadi dua paroh yakni belah ayah dan belah ibu. Dalam kehidupan sosial sehari-hari mereka menggunakan prinsip kerabat bilateral. Namun dalam masalah warisan dan garis keturunan mereka memakai sistem patrilineal. Anak laki-laki yang paling tua amat berperan dalam keluarga. Dalam kekerabatan mereka memiliki istilah panggilan menurut urutan lahir, anak pertama diberi sebutan ulung, anak kedua ngah, anak ketiga alang, anak keempat andak, anak kelima uteh dan anak paling bungsu uncu.

Hubungan kekerabatan dalam masyarakat ini disimpulkan dalam motto yakni utang sama ditanggung, malu sama ditudung. Dimana baik pihak laki-laki maupun pihak perempuan harus sama-sama menanggulangi beban kekerabatan. Sehingga dalam masyarakat ini seakan-akan ada suatu ambivalensi sistem kekerabatan. Kekerabatan yang mengandalkan kerja sama berdasarkan garis keturunan ayah ke atas disebut kelompok wali adat atau suku sakat.

Bahasa Suku Tamiang

Bahasa Tamiang termasuk ke dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia atau Austronesia. Dialeknya ditandai oleh pengucapan huruf r menjadi gh, misalnya kata “orang” dibaca menjadi oghang, sementara itu huruf t sering dibaca c, misalnya kata “tiada” dibaca ciade.

Agama Dan Kepercayaan Suku Tamiang

Masyarakat ini menganut agama Islam, akan tetapi mereka juga masih memiliki upacara-upacara tradisional yang berasal dari zaman sebelum Islam, seperti kenduri blang, turun bibit, tulak bala dan sebagainya.