Suku Minangkabau


Mengenal Suku Minangkabau yang Menganut Sistem Kekerabatan Matrilineal

Suku Minangkabau merupakan salah satu besar yang mendiami wilayah Indonesia yang kebanyakan tinggal di wilayah di Sumatera Barat (Sumbar).

Ada banyak hal menarik mengenai suku ini yang seru untuk dibahas, salah satunya adalah tentang peran perempuan yang penting dalam suku. Peran perempuan tersebut terlihat dalam penerapan sistem kekerabatan yang berlaku.

jika pada umumnya suku-suku di Indonesia menerapkan sistem kekerabatan dari ayah atau Patrineal. Suku Minang justru menerapkan sistem kekerabatan dari garis keturunan ibu atau matrineal. Sistem tersebut sudah berlangsung sejak dulu dan masih diterapkan sampai sekarang.

Norma kesopanan dalam interaksi sehari-hari antar masyarakat suku ini terjalin dengan baik. Bahkan ada aturan mengenai sapaan kepada seluruh keluarga, baik dari pihak ibu maupun pihak ayah.

Pangilan untuk ibu yang umum digunakan masyarakat Minang adalah amak, mandeh, dan ama. Sapaan pada kakak perempuan ada beberapa mulai dari akak, uni, elok, incim, teta, teti, ayang, one, onang, dan katangah. Tapi yang paling sering digunakan adalah akak dan uni. Untuk kakak laki-laki, sapaan yang dipakai uda dan abang. Sedangkan istri kakak laki-laki akan dipanggil dengan Katangah.

Adik perempuan ibu akan di panggil etek, kakak perempuan biasanya di panggil mak tuo. Sementara saudara laki laki ibu atau paman biasa di panggil dengan sebutan mamak atau apak.

Masyarakat Minang biasanya memanggil ayah dengan sebutan abak, apak, dan apa . Kakak laki-laki dari ayah disebut Apak atau Pak uwo, sedangkan adik laki-laki disebut Pak etek, pak uncu, pak aciak. Adapun pemanggilan untuk kakak perempuan dari ayah adalah Mak tuo, Iyak atau Umak, sedangkan adik perempuan dari ayah disapa dengan panggilan Etek, Andeh atau Biai.

Sejarah Suku Minang

Setelah mengetahui mengenai kekerabatan orang Minang, selanjutnya akan dibahas mengenai asal usul suku ini.

Diyakini jika nenek moyang suku Minangkabau adalah keturunan dari Iskandar Zulkarnain atau Alexander The Great. Nenek moyang Minang merupakan bagian dari rakyat Deutro Melayu atau Melayu Muda yang melakukan migrasi sekitar 2.000 hingga 2.500 tahun yang lalu dari daratan Cina Selatan menuju Pulau Sumatera.

Saat pertama kali tiba di Pulau Sumatera, nenek moyang Minang tersebut masuk dari arah timur Pulau Sumatera, lalu menyusuri aliran sungai Kampar hingga ke dataran tinggi. Di daerah tersebut mereka kemudian membangun kampung halaman, yang sekarang menjadi kampung halaman orang Minang.

Awalnya banyak mengira orang Minang dan Melayu adalah sama. Namun ada perbedaan mencolok mengenai kedua suku ini, salah satunya adalah sistem kekerabatan yang berlaku. Seperti yang disebutkan diatasm Suku Minang menjalankan sistem matrilineal. Sementara Melayu sama seperti suku lain di Indonesia yang menjalankan sistem kekerabatan patrilineal.

Suku di Minangkabau

Etnis Minangkabau terbagi menjadi banyak klan atau suku. Namun pada awalnya hanya ada 4 klan atau suku orang minang, yaitu Klan Koto, Klan Bodi, Suku Caniago, dan Klan Piliang.

Keempat klan ini terbagi menjadi 2 sistem kekuasaan adat yang disebut sebagain Kelarasan. Kelarasan Koto Piliang berkembang menjadi sistem aristokrat. Sementara Kelarasan Bodi Caniago berkembang dengan menganut sistem konfederasi.

Perkembangan suku ini terus berlangsung. 4 klan awal yang disebutkan diatas kemudian berkembang dan membuat suku Minang semakin besar. Klan-klan yang ada sekarang diantaranya Payobada, Putopang, Sikumbang, Tanjuang, Panai, Guci, Panyalai, Jambak, Bendang, Kampai, Kutianyie, Malayu, Sipisang, Mandailiang, Mandaliko, Sumagek, Singkuan, Dalimo, Supanjang, Sumpadang, dan Domi.

Di tengah perkembangan zaman yan terus terjadi, suku Minang masih menjaga kelestarian tarian tradisional mereka, misalnya seperti tari Pasambahan dan tari Piring. Selain itu, Minang juga masih menggunakan bahasa tradisional dalam percakapan sehari-hari mereka.

Salah satu kesenian tradisional yang cukup populer dalam masyarakat Minangkabau adalah Batombe. Kesenian ini merupakan bentuk seni berbalas pantun dengan diiringi alat musik rabab.