Asal Usul, Rumah, dan Pakaian Adat Suku Dayak

Kalimantan merupakan salah satu dari 5 pulau terbesar yang ada di Indonesia. Pulau ini ditempati oleh sejumlah suku asli, dengan kebudayaan yang berbeda-beda, salah satunya Suku Dayak.

Suku Dayak adalah nama yang diberi penjajah kepada penghuni pedalaman pulau Borneo yang tinggal di pulau Kalimantan. Suku Dayak mendiami wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Suku ini terbagi menjadi 6 suku besar, yaitu suku Dayak Klemantan, Dayak Iban, Dayak Apokayan, Dayak Murut, Dayak Ot-Danum Ngaju, dan Dayak Punan. Keenam suku tersebut terbagi lagi menjadi 405 sub-suku kecil.

Rumpun Punan dikenal sebagai suku Dayak tertua, Sementara itu, rumpun lainnya merupakan hasil asimilasi dari Dayak Punan dengan kelompok Proto Melayu.

Meskipun terdiri dari ratusan subetnis, mereka tetap memiliki ciri khas kebudayaan yang hampir sama, yakni rumah panjang, hasil budaya material seperti tembikar, mandau, sumpit, beliong (kampak Dayak), pandangan terhadap alam, mata pencaharian (sistem perladangan), dan seni tari.

Asal Usul Suku Dayak

Menurut para ahli sejarah, nenek suku Dayak merupakan keturunan China yang berasal dari Provinsi Yunnan di China Selatan, tepatnya di Sungai Yangtse Kiang, Sungai Mekhong, dan Sungai Menan.

Imigrasi diperkirakan terjadi antara 3000 sampai 1500 SM ketika masih zaman glasial atau zaman es. Konon, mereka bermigrasi hanya dengan perahu kecil. Sebagian dari kelompok ini melakukan perjalanan ke Semenanjung Malaysia, sebelum menyeberang ke bagian utara Pulau Kalimantan.

Rumah Adat Dayak dan Pakaian Adat Dayak

Seperti suku lainnya, suku Dayak juga memiliki pakaiaan adat yaitu, 'king baba' pakaian adat untuk pria dan 'king bibinge' untuk wanita. Uniknya, pakain adat Suku Dayak terbuat dari kayu yang dilunakkan menjadi seperti kain.

Untuk king baba, pakaian tersebut terdiri dari baju tanpa lengan, celana panjang, ikat pinggang, dan penutup kepala dengan hiasan bulu burung enggang.

Sementara itu, king bibinge terdiri dari penutup dada berlapis dan berbagai macam aksesoris, yakni kalung, gelang, dan hiasan kepala yang terbuat dari bulu burung enggang.

Masyarakat Dayak tinggal di dalam rumah tradisional bernama Rumah Betang atau yang lebih dikenal dengan nama Rumah Panjang. Rumah ini biasanya berukuran besar dan dihuni oleh beberapa keluarga. Ada rumah yang panjangnya mencapai 15 meter dengan lebar mencapai 30 meter.

Rumah panjang ini merupakan rumah dibangun diatas tiang yang cukup tinggi. Hal ini bertujuan untuk menghindari bencana banjir, karena Suku Dayat biasanya tinggal di sepanjang aliran sungai.

Rumah Panjang terdiri dari beberapa bagian, yaitu bagian depan terdapat teras yang disebut dengan pante, ruang tamun disebut samik, kemudian ada ruang keluarga.

Ada sejumlah aturan dalam pembangunan rumah betang, seperti bagian hulu rumah harus searah dengan matahari terbit, sedangkan bagian hilir menghadap matahari tenggelam. Kamar tidur harus sejajar sepanjang bangunan, dimana kamar orang tua berada di bagian hulu, sedangkan anak termuda ada di hilir rumah. Jumlah anak tangga di rumah betang juga harus ganjil dan dapur harus harus menghadap aliran sungai.

Makanan Khas Dayak

Setiap daerah dan suku pasti memiliki makanan khas masing-masing, begitu juga dengan Suku Dayak. Beberapa kuliner khas Suku Dayak adalah Karuang yang merupakan sayur dari bahan singkong, Wadi yang berbahan dasar ikan, dan Jubu Singkah dari rotan muda yang diolah sedemikian rupa.

Adapula Kue Dange yang bisa dikatakan makanan asli Dayak dengan keunikan tersendiri. Panganan ini terbuat dari parutan kepala dan adonan kue dari tepung dan gula. Rasanya enak, renyah dan gurih.

Bahan-bahan yang digunakan untuk makanan Dayak adalah hasil pemanfaatan hasil hutan disekitar tempat tinggal mereka. Selain itu, dalam memasak Suku Dayak menggunakan bumbu-bumbu yang sederhana.